Denganmu, atau tidak denganmu.
Semua sudah harus selesai sekarang.
Teruntuk, Rama milik semesta. Untuk cerita yang aku janjikan secepatnya selesai, aku menyerah merampungkannya dengan akhir yang bahagia. Ada juga kisah yang berakhiran dengan kalimat selamat tinggal. Karena tidak semua kisah harus berakhir dengan kecupan atau bahkan pelukan dan juga tentang cerita akhiran Rumah. Karena nyatanya kisah tentang perasaan kupu – kupu tidak dirasakan oleh kedua belah pihak juga kopi yang ku seduh hanya untuk kamu yang singgah bukan sungguh.
Tapi tunggu sebentar, rasa – rasanya akan sangat tragis jika kita buru buru menceritakan akhir dari perjalanan sebelum menceritakan sepenuhnya awal dari semua ini. Karena nanti pembacanya pasti kebingungan. Pasti nanti aku yang disalahin, kenapa tiba – tiba ceritanya tentang ending? Trus awalnya gimana? Pasti bakalan banyak pertanyaan dan pernyaatan yang mengarah ke aku, padahal semua ini karena maunya kamu. Kamu pergi terlalu lama. Pergi kemudian datang, menghilang lalu pulang. Kamu berhasil ngebuat cerita yang seharusnya lurus dan baik – baik aja, jadi banyak pertanyaan. Aku bingung, kenapa kamu ngilang gitu aja, karena memang gaada yang salah. Makanya sampai sekarang, kamu masih jadi dewa kejutan. Dulu, kalau kamu hilang, aku berharap kamu hanya bercanda, lalu pulang buat jelasin semuanya. Tapi ketika kamu kembali, kamu justru membuat cerita ini semakin membingungkan. Sekarang, kesempatan buat jelasin semuanya udah harus di lepasin. Karena semua udah harus selesai.
Mungkin ini terlalu cepat untuk di akhiri, namun sepertinya untuk apa menahan seseorang yang memang sebenarnya ingin pergi? Untuk apa menyelamatkan hari kemarin untuk hari esok yang sebenarnya kita sendiri tidak tau arah mana yang mau kita jalani.
Tentang kita, sepertinya mau diupayakan bagaimanapun juga, tetap tidak akan menjadi sebuah cerita. Kisah ini sudah harus selesai bahkan sebelum dimulai. Lagipula, untuk kejutan – kejutan yang sering kamu hadiahkan untukku, tentang; hilang dan –pulangmu, pergi dan –kembalimu. Sudah menjadi suatu hal yang biasa untukku. Kalau boleh meminta, aku tidak pernah ingin dihadiahi seperti ini olehmu. Aku cuma kepengin kamu tetep ada dirumah tanpa harus pergi dan pergi lagi. Tapi, ini adalah sebuah keegoisan. Jadi, Rama. Denganku, atau tidak denganku, aku percaya pada setiap mimpi dan tanggung jawab yang ada dipundakmu, meskipun se mustahil apapun akhirnya, aku tetap mempercayaimu, dan akan selalu seperti itu.
Entah lebih menyakitkan mana denganmu atau tidak denganmu, entah lebih menyedihkan mana sakit sendiri atau berdiri bersamamu, dan lebih memilukan yang mana berpisah atau meneruskan perjalanan yang sudah kehilangan arah? Karena ada atau tidaknya kamu, aku sama sama sendirian, sama - sama kesepian. Aku seperti jatuh cinta pada manusia bernyawa tapi mati. Denganmu atau tidak denganmu; aku tetap harus baik - baik saja, kan?
Aku kira, kita akan pergi ke pelabuhan dan menaiki kapal sama - sama, berlayar hingga jauh sekali dari rumah. Aku kira, kita akan sama – sama tenggelam dan merampungkan cerita bersama dari sejak sajak pertama hingga usai cerita yang ke 365. Nyatanya enggak, aku gak pernah tau bahwa aku berlayar sendiri jauh dari rumah yang bukan kamu nahkodanya. Nyatanya, tentang laut aku tidak pernah benar – benar mengerti, tentang suara desiran ombaknya, tentang kicauan burung yang hendak pulang kerumahnya, atau suara suara bisikan angin yang menusuk ;dingin.
Tentang kamu, aku banyak gagalnya. Pada corak baju mana yang kamu sukai, pada kopi atau teh hangat yang ingin kau nikmati, Warna - warna mana yang kamu ingini, bagian cerita mana yang ingin kamu dengar, juga bagian kisah mana yang ingin kamu simpan dalam – dalam.
Pada banyak pertukaran – pertukaran yang aku upayakan pada Tuhan, untuk melakukan sebuah misi penyelamatan; sepertinya cukup. Sudah cukup. Karena menurutmu, tokoh utama dari cerita ini bukan kamu; padahal kalau ga ada kamu, cerita ini gak akan pernah bisa berjalan. Tokoh utamanya seperti sudah kehilangan nyawa duluan.
Entah mana yang lebih menyakitkan berpisah atau melanjutkan cerita yang kehilangan arah? Aku seperti jatuh cinta pada benda mati. Karena tokoh utama dalam cerita seperti kehilangan nyawa. Mungkin kamu lelah? Kamu sudah menyerah? Tentang kita hanya sudah; dan punah. Karena menyanyangimu, berarti merelakanmu juga, kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar